Yang namanya dosa selalu memberatkan. Jika beban tersebut terangkat, sungguh suatu kenikmatan yang besar.
Silakan gali pelajaran dari surat ini.
Allah Ta’ala berfirman,
أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ (1) وَوَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَ (2) الَّذِي أَنْقَضَ ظَهْرَكَ (3) وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ (4) فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (5) إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (6) فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ (7) وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ (8)
“Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? Dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu. Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (QS. Alam Nasyrah: 1-8)
Makna Dua Ayat Pertama
Bukankah Kami telah melapangkan dada untukmu, maksudnya kami telah melapangkan dadamu dengan memberikan cahaya ada di dadamu yaitu dijadikan lapang dan luas. Sebagaimana yang Allah Ta’ala sebutkan dalam ayat yang lain,
فَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلإسْلامِ
“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam.” (QS. Al-An’am: 125)
Ibnu Katsir menyatakan bahwa sebagaimana Allah menjadi lapang dada Nabi Muhammad, begitu pula Allah jadikan syari’atnya lapang dan mudah, tidak ada kesulitan, keberatan dan kesempitan di dalamnya. Disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 7: 595.
Lebih bagus lagi dijelaskan oleh Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah. Beliau berkata, maksud Allah melapangkan dada Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu memberikan kelapangan dalam syari’at dan kemudahan untuk berdakwah di jalan Allah. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pun dikaruniai akhlak yang mulia. Beliau juga dimudahkan untuk menjalankan amalan akhirat. Beliau dimudahkan dalam kebaikan tidak dibuat sempit dan sulit. Beliau pun dimudahkan dalam kebaikan dan senang padanya. (Tafsir As-Sa’di, hal. 975).
Dosa telah diangkat dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana yang disebutkan dalam ayat selanjutnya,
وَوَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَ (2) الَّذِي أَنْقَضَ ظَهْرَكَ (3)
“Dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu.” (QS. Alam Nasyrah: 2-3).
Maksud dari ayat di atas semakna dengan ayat,
لِيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ
“Supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang” (QS. Al-Fath: 2).
Punggung biasa jadi tempat memikul sesuatu. Jika punggung terasa berat memikul sesuatu, maka bagian tubuh lainnya lebih lagi dari itu. Coba kita bandingkan saat memikul beban ketika ditaruh ditangan disbanding di punggung, manakah yang lebih terasa berat? (Lihat penjelasan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin dalam Tafsir Juz ‘Amma, hal. 248).
Berarti jika beban dari punggung itu terangkat, maka lapanglah hidup seseorang. Ini ibarat untuk orang yang terus memohon ampunan sehingga bersih dari dosa.
Faedah yang Bisa Diambil
Dari dua ayat di atas, ada faedah yang bisa kita ambil:
1- Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam diberi keistimewaan dengan diberi kelapangan dada padahal beliau bertemu dengan kaum yang berakhlak jelek dan sempit hatinya yang bisa menyesakkan dada.
2- Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam diberi keistimewaan pula dengan diampuni dosa beliau yang lalu dan akan datang.
3- Yang namanya dosa selalu memberatkan. Bersyukurlah orang-orang yang berusaha mengangkat dosa dari dirinya. Baca artikel: Dosa Selalu Menggelisahkan
4- Jika seorang mukmin diberikan kelapangan dada dalam beragama, diberikan kemudahan dalam memikul beban di jalan Allah, itu adalah nikmat yang besar.
Berlanjut insya Allah. Semoga bermanfaat.
Referensi:
Aysarut Tafasir. Cetakan pertama tahun 1419 H. Syaikh Abu Bakr Jabir Al-Jazairiy. Penerbit Maktabah Adhwail Manar.
Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim. Cetakan pertama tahun 1431 H. Ibnu Katsir. Tahqiq: Syaikh Abu Ishaq Al-Huwainiy. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.
Tafsir Al-Qur’an Al-Karim (Juz ‘Amma). Cetakan ketiga tahun 1424 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin. Penerbit Daruts Tsaraya.
Tafsir As-Sa’di (Taisir Al-Karimir Rahman). Cetakan kedua tahun 1433 H. Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di. Penerbit Muassasah Ar-Risalah.
—
Selesai disusun menjelang ‘Ashar 1 Sya’ban 1436 H di Darush Sholihin Girisekar, Panggang, Gunungkidul
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.Com
Ikuti update artikel Rumaysho.Com di Fans Page Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat (sudah 3,6 juta fans), Facebook Muhammad Abduh Tuasikal, Twitter @RumayshoCom, Instagram RumayshoCom
Untuk bertanya pada Ustadz, cukup tulis pertanyaan di kolom komentar. Jika ada kesempatan, beliau akan jawab.